Teens
Kata taaruf dalam Al Quran salah satunya terdapat dalam surat Al Hujurat ayat 13 ini :
2. Kata Taaruf di Kamus Besar Bahasa Indonesia
Arti kata taaruf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa dicek di website KBBI Daring (dalam jaringan/online) berikut ini : http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php ; masukkan kata ‘taaruf’, atau bisa juga ditemukan di link ini : http://kbbi.web.id/taaruf.
Hasilnya :
ta·a·ruf Ar n perkenalan: para peserta musabaqah yg datang dr berbagai negara sahabat dan peserta dr dl negeri mengadakan pawai -- keliling kota
Kedua sumber tersebut mengartikan taaruf dalam maksud yang sama, yaitu saling mengenal atau perkenalan, berkenalan dalam artian yang luas. Namun, belakangan ini makna taaruf semakin menyempit, banyak yang memaknainya sebagai ikhtiar perkenalan menuju pernikahan. Padahal, sekedar menanyakan nama seseorang pun sudah termasuk aktivitas taaruf, yaitu aktivitas mengenal nama orang tersebut.
Jadi, tinggal sesuaikan saja makna taaruf ini dengan konteks yang ada. Apabila digunakan dalam ‘pawai taaruf’ atau ‘pekan taaruf mahasiswa baru’, tentunya yang dimaksud adalah perkenalan dalam artian luas, bukan ajang perjodohan antar peserta pawai atau perjodohan antar mahasiswa baru. Sedangkan makna taaruf yang banyak digunakan memang diartikan taaruf menuju pernikahan atau taaruf pranikah, ditulis taaruf saja untuk memudahkan penyebutan.
Mulailah Berhijrah
Akhi dan ukhti, KETERTARIKAN kepada lawan jenis merupakan fitrah yang ada dalam hati manusia. Islam mengaturnya sehingga rasa cinta yang ada dalam hati ini tidak melalaikan manusia ke cinta tertinggi kepada Sang Pencipta.
Taaruf Dalam Al-Qur'an, Hijrah Cinta Islam 2023
“Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh”
Wahai akhi dan ukhti,
sebelum kalian mengetahui apa itu hijrah cinta dan memulai untuk berhijrah
cinta, hendaknya akhi dan ukhti memahami taaruf terlebih dahulu.
1. Kata Taaruf di Al Quran
Kata taaruf dalam Al Quran salah satunya terdapat dalam surat Al Hujurat ayat 13 ini :
Yaa ayyuhannaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa
untsaa wa ja'alnaakum syu'uubaw wa qabaaila lita'aarafu. Inna akramakum
'indallahi atqaakum. Innallaha 'aliimun khabiir.
Artinya :
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
2. Kata Taaruf di Kamus Besar Bahasa Indonesia
Arti kata taaruf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa dicek di website KBBI Daring (dalam jaringan/online) berikut ini : http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php ; masukkan kata ‘taaruf’, atau bisa juga ditemukan di link ini : http://kbbi.web.id/taaruf.
Hasilnya :
ta·a·ruf Ar n perkenalan: para peserta musabaqah yg datang dr berbagai negara sahabat dan peserta dr dl negeri mengadakan pawai -- keliling kota
Kedua sumber tersebut mengartikan taaruf dalam maksud yang sama, yaitu saling mengenal atau perkenalan, berkenalan dalam artian yang luas. Namun, belakangan ini makna taaruf semakin menyempit, banyak yang memaknainya sebagai ikhtiar perkenalan menuju pernikahan. Padahal, sekedar menanyakan nama seseorang pun sudah termasuk aktivitas taaruf, yaitu aktivitas mengenal nama orang tersebut.
Jadi, tinggal sesuaikan saja makna taaruf ini dengan konteks yang ada. Apabila digunakan dalam ‘pawai taaruf’ atau ‘pekan taaruf mahasiswa baru’, tentunya yang dimaksud adalah perkenalan dalam artian luas, bukan ajang perjodohan antar peserta pawai atau perjodohan antar mahasiswa baru. Sedangkan makna taaruf yang banyak digunakan memang diartikan taaruf menuju pernikahan atau taaruf pranikah, ditulis taaruf saja untuk memudahkan penyebutan.
Mulailah Berhijrah
Wahai akhi dan ukhti SEIRING
dengan semakin dikenalnya istilah taaruf, banyak muslimah yang mendapatkan
hidayah sehingga berani memutuskan pacarnya dan memilih jalan taaruf. Meskipun
demikian, ada juga yang masih menjalani aktivitas pacaran karena sudah
“kecantol” dengan yang sosok yang disukainya. Padahal, memutus hubungan pacaran
bukan berarti harus taaruf dengan orang yang berbeda.
Bisa saja taaruf dijalani
dengan akhi atau ukhti tersebut, tentunya dengan metode dan adab yang disesuaikan
dengan tuntunan Islam.
Berikut ini beberapa langkah
yang bisa dijalani untuk beralih dari aktivitas pacaran ke taaruf Islami dengan
akhi atau ukhti, hijrah “From Pacaran To Taaruf”.
Hijrah Niat
Niat menjalani pacaran dan taaruf bisa saja
sama-sama untuk menuju pernikahan. Namun niat seperti itu saja belum cukup,
niatkanlah untuk ibadah, bukan sekedar niatan untuk menikah.
Dengan niatan ibadah, setiap
aktivitas yang dijalani harus berlandaskan tuntunan dalam Islam, yang
mendekatkan diri ke jalan yang diridhai Allah, bukan yang dimurkai-Nya.
Hijrahkan niat, segeralah
bertaubat atas aktivitas pacaran yang telah dijalani, banyak-banyak istighfar,
menyesali dan bersungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya lagi, selanjutnya
beralihlah ke proses taaruf yang Islami. Allah Maha Melihat, malaikat terus
mencatat, dan ajal bisa saja mendekat. Kalau akhi dan ukhti enggan diajak
bertaubat, lebih baik mencari sosok lain yang shalih/shaliha.
Hijrah Diri
Ikhtiar menuju pernikahan tak lepas dari
persiapan diri baik dari segi ilmu, psikis, fisik, finansial, dan orang tua
yang terkondisikan, yaitu sudah memberi restu untuk menikah.
Anjuran Islam adalah menikah
bagi yang sudah mampu menikah, bagi yang belum mampu menikah dianjurkan untuk
berpuasa. Dengan demikian, memantaskan diri dan memampukan diri merupakan
sebuah keharusan sebelum berikhtiar menuju pernikahan.
Hijrahkan diri, kemudian
taaruflah dengan sosok yang memang sama-sama sudah siap menikah sehingga tidak
perlu berlama-lama dalam proses taaruf.
Hijrah Hati
Akhi dan ukhti, KETERTARIKAN kepada lawan jenis merupakan fitrah yang ada dalam hati manusia. Islam mengaturnya sehingga rasa cinta yang ada dalam hati ini tidak melalaikan manusia ke cinta tertinggi kepada Sang Pencipta.
Cinta kepada Allah memiliki
konsekuensi bahwa kita harus mengikuti apa-apa yang telah disyariatkan-Nya.
Cinta yang halal antar dua insan manusia yang bertautan hati hanya ada saat
keduanya sudah terikat dalam ikatan yang sah, yaitu ikatan pernikahan.
Hijrahkan hati, jagalah hati
dengan sebaik-baiknya sehingga tidak menikmati rasa cinta yang belum halal,
cinta yang belum saatnya diumbar dan diungkapkan. Cukuplah cinta yang ada di
hati itu dirasakan sewajarnya saja hingga kelak waktunya tiba, saat akad nikah
sudah terucap yang menghalalkan rasa yang ada.
Hijrah Interaksi
Islam memberi batasan yang jelas
mengenai aturan interaksi antara dua manusia lawan jenis non mahram, yaitu
dengan adanya orang ketiga di antara keduanya. Apabila tidak ada orang ketiga
di antaranya, maka yang menjadi ketiganya adalah setan. Karena itu, adanya
orang ketiga ini dapat dikatakan sebagai syarat mutlak sebuah proses taaruf
yang Islami.
Dengan adanya orang ketiga ini,
maka kedua pihak yang bertaaruf akan terhindar dari aktivitas pacaran yang tak
Islami, baik itu pegang-pegangan, mesra-mesraan, dan tindakan yang lebih jauh
dari itu.
Hijrahkan interaksi, tidak perlu
menjalani pacaran karena ada metode taaruf Islami yang lebih menenangkan dan
sesuai syariat. Dengan taaruf Insya Allah prosesnya bisa dijalani dalam waktu
yang singkat saja, tidak perlu berlama-lama
.
Berikut ini gambaran tahapan
agenda taaruf yang bisa dijalani :
– Hari 1 : Taaruf secara
langsung dengan calon pasangan didampingi mediator. Gali sebanyak-banyaknya
calon pasangan seputar profil diri, profil keluarga, pekerjaan, aktivitas
sehari-hari, rencana pernikahan dan pasca pernikahan, dan lain-lain.
– Hari 2 : Taaruf dengan
keluarganya, penggalian lebih lanjut lewat bapak, ibu, kakak, adik, dan anggota
keluarganya yang serumah. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon pasangan
seputar aktivitas kesehariannya di rumah.
– Hari 3 : Taaruf dengan
tetangga samping kanannya, tetangga samping kirinya, dan tetangga depan
rumahnya. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon pasangan seputar aktivitas
sosialisasinya dengan tetangga.
– Hari 4 : Taaruf dengan rekan
kerjanya, atau atasannya langsung. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon
pasangan seputar aktivitasnya di dunia kerja.
– Hari 5 : Taaruf dengan rekan
organisasi atau komunitasnya. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon
pasangan seputar aktivitasnya di organisasi dan komunitasnya.
Insya Allah dengan metode taaruf
seperti ini informasi yang didapatkan mengenai calon pasangan akan lebih valid
karena didapat dari berbagai sumber informasi, tanpa harus menjalani pacaran
selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.
Hijrah Komunikasi
Hijrahkan komunikasi, jagalah
komunikasi dan hindarilah komunikasi yang tidak perlu dengan calon pasangan. Komunikasi
bisa disampaikan lewat mediator yang menjembatani proses taaruf, tidak
disampaikan secara langsung ke calon pasangan. Dengan demikian hal-hal yang
akan disampaikan ke calon pasangan akan tersaring dengan sendirinya, karena
kedua pihak pastinya akan malu menyampaikan hal-hal yang tidak pantas
disampaikan melalui mediator tersebut.
Berkomunikasilah secara langsung
dengan calon pasangan bila memang sudah saatnya diperlukan, yaitu dalam rangka
persiapan pernikahan.
Tidak perlu menyapa dengan
sapaan “sudah makan belum”, “sudah shalat belum”, dan sapaan lain yang tidak perlu
diucapkan, karena Insya Allah calon pasangan bukan anak kecil yang perlu terus
diingatkan. Hindarilah telepon-teleponan berjam-jam, karena cukup beberapa SMS
bisa disampaikan untuk koordinasi persiapan pernikahan.
Sebelum ijab kabul terucap
syariat tetaplah membatasi, termasuk dalam hal pengungkapan rasa di hati.
Jangan tergoda untuk berkomunikasi yang tidak perlu disampaikan, karena hati
manusia sangat rawan dengan godaan setan.
Bila kelak anda berdua telah diikat dalam ikatan
halal pernikahan, bolehlah anda berkomunikasi dengan sesering-seringnya
perhatian, dan semesra-mesranya panggilan.
“Akhi
dan ukhti, lapangkanlah hati dan mulailah berhijrah.”
Wassalam...
InsyaAllah ukhti
BalasHapusAamiin, barakallah, semoga bermanfaat
Hapussubhanallah ukhti, salam dari mas rozi
BalasHapuswaalaikumussalam, semoga bermanfaat
HapusTerima kasih untuk infonya,,
BalasHapusSangat bermanfaat😊
Jazakillah khair, alhamdulillah masyaAllah, terimakasih 😊
Hapus