Elegant Rose - Working In Background Taaruf Dalam Al-Qur'an, Hijrah Cinta Islam 2023 - Aesthetic Room by Maulidya's

Taaruf Dalam Al-Qur'an, Hijrah Cinta Islam 2023




“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” 

Wahai akhi dan ukhti, sebelum kalian mengetahui apa itu hijrah cinta dan memulai untuk berhijrah cinta, hendaknya akhi dan ukhti memahami taaruf terlebih dahulu.

1. Kata Taaruf di Al Quran

Kata taaruf dalam Al Quran salah satunya terdapat dalam surat Al Hujurat ayat 13 ini : 


Yaa ayyuhannaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa wa ja'alnaakum syu'uubaw wa qabaaila lita'aarafu. Inna akramakum 'indallahi atqaakum. Innallaha 'aliimun khabiir.

 

Artinya :

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

2. Kata Taaruf di Kamus Besar Bahasa Indonesia

Arti kata taaruf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa dicek di website KBBI Daring (dalam jaringan/online) berikut ini :
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/index.php ; masukkan kata ‘taaruf’, atau bisa juga ditemukan di link ini : http://kbbi.web.id/taaruf.

Hasilnya : 

ta·a·ruf Ar n perkenalan: para peserta musabaqah yg datang dr berbagai negara sahabat dan peserta dr dl negeri mengadakan pawai -- keliling kota

Kedua sumber tersebut  mengartikan taaruf dalam maksud yang sama, yaitu saling mengenal atau perkenalan, berkenalan dalam artian yang luas. Namun, belakangan ini makna taaruf semakin menyempit, banyak yang memaknainya sebagai ikhtiar perkenalan menuju pernikahan. Padahal, sekedar menanyakan nama seseorang pun sudah termasuk aktivitas taaruf, yaitu aktivitas mengenal nama orang tersebut. 

Jadi, tinggal sesuaikan saja makna taaruf ini dengan konteks yang ada. Apabila digunakan dalam ‘pawai taaruf’ atau ‘pekan taaruf mahasiswa baru’, tentunya yang dimaksud adalah perkenalan dalam artian luas, bukan ajang perjodohan antar peserta pawai atau perjodohan antar mahasiswa baru. Sedangkan makna taaruf yang banyak digunakan memang diartikan taaruf menuju pernikahan atau taaruf pranikah, ditulis taaruf saja untuk memudahkan penyebutan.

Mulailah Berhijrah

Wahai akhi dan ukhti SEIRING dengan semakin dikenalnya istilah taaruf, banyak muslimah yang mendapatkan hidayah sehingga berani memutuskan pacarnya dan memilih jalan taaruf. Meskipun demikian, ada juga yang masih menjalani aktivitas pacaran karena sudah “kecantol” dengan yang sosok yang disukainya. Padahal, memutus hubungan pacaran bukan berarti harus taaruf dengan orang yang berbeda. 

Bisa saja taaruf dijalani dengan akhi atau ukhti tersebut, tentunya dengan metode dan adab yang disesuaikan dengan tuntunan Islam.
Berikut ini beberapa langkah yang bisa dijalani untuk beralih dari aktivitas pacaran ke taaruf Islami dengan akhi atau ukhti, hijrah “From Pacaran To Taaruf”.

Hijrah Niat

Niat menjalani pacaran dan taaruf bisa saja sama-sama untuk menuju pernikahan. Namun niat seperti itu saja belum cukup, niatkanlah untuk ibadah, bukan sekedar niatan untuk menikah.

Dengan niatan ibadah, setiap aktivitas yang dijalani harus berlandaskan tuntunan dalam Islam, yang mendekatkan diri ke jalan yang diridhai Allah, bukan yang dimurkai-Nya.

Hijrahkan niat, segeralah bertaubat atas aktivitas pacaran yang telah dijalani, banyak-banyak istighfar, menyesali dan bersungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya lagi, selanjutnya beralihlah ke proses taaruf yang Islami. Allah Maha Melihat, malaikat terus mencatat, dan ajal bisa saja mendekat. Kalau akhi dan ukhti enggan diajak bertaubat, lebih baik mencari sosok lain yang shalih/shaliha.

Hijrah Diri

Ikhtiar menuju pernikahan tak lepas dari persiapan diri baik dari segi ilmu, psikis, fisik, finansial, dan orang tua yang terkondisikan, yaitu sudah memberi restu untuk menikah.

Anjuran Islam adalah menikah bagi yang sudah mampu menikah, bagi yang belum mampu menikah dianjurkan untuk berpuasa. Dengan demikian, memantaskan diri dan memampukan diri merupakan sebuah keharusan sebelum berikhtiar menuju pernikahan.

Hijrahkan diri, kemudian taaruflah dengan sosok yang memang sama-sama sudah siap menikah sehingga tidak perlu berlama-lama dalam proses taaruf.

Hijrah Hati

Akhi dan ukhti, KETERTARIKAN kepada lawan jenis merupakan fitrah yang ada dalam hati manusia. Islam mengaturnya sehingga rasa cinta yang ada dalam hati ini tidak melalaikan manusia ke cinta tertinggi kepada Sang Pencipta.

Cinta kepada Allah memiliki konsekuensi bahwa kita harus mengikuti apa-apa yang telah disyariatkan-Nya. 
Cinta yang halal antar dua insan manusia yang bertautan hati hanya ada saat keduanya sudah terikat dalam ikatan yang sah, yaitu ikatan pernikahan.

Hijrahkan hati, jagalah hati dengan sebaik-baiknya sehingga tidak menikmati rasa cinta yang belum halal, cinta yang belum saatnya diumbar dan diungkapkan. Cukuplah cinta yang ada di hati itu dirasakan sewajarnya saja hingga kelak waktunya tiba, saat akad nikah sudah terucap yang menghalalkan rasa yang ada.
Hijrah Interaksi

Islam memberi batasan yang jelas mengenai aturan interaksi antara dua manusia lawan jenis non mahram, yaitu dengan adanya orang ketiga di antara keduanya. Apabila tidak ada orang ketiga di antaranya, maka yang menjadi ketiganya adalah setan. Karena itu, adanya orang ketiga ini dapat dikatakan sebagai syarat mutlak sebuah proses taaruf yang Islami.

Dengan adanya orang ketiga ini, maka kedua pihak yang bertaaruf akan terhindar dari aktivitas pacaran yang tak Islami, baik itu pegang-pegangan, mesra-mesraan, dan tindakan yang lebih jauh dari itu.

Hijrahkan interaksi, tidak perlu menjalani pacaran karena ada metode taaruf Islami yang lebih menenangkan dan sesuai syariat. Dengan taaruf Insya Allah prosesnya bisa dijalani dalam waktu yang singkat saja, tidak perlu berlama-lama
.

Berikut ini gambaran tahapan agenda taaruf yang bisa dijalani :

– Hari 1 : Taaruf secara langsung dengan calon pasangan didampingi mediator. Gali sebanyak-banyaknya calon pasangan seputar profil diri, profil keluarga, pekerjaan, aktivitas sehari-hari, rencana pernikahan dan pasca pernikahan, dan lain-lain.

– Hari 2 : Taaruf dengan keluarganya, penggalian lebih lanjut lewat bapak, ibu, kakak, adik, dan anggota keluarganya yang serumah. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon pasangan seputar aktivitas kesehariannya di rumah.

– Hari 3 : Taaruf dengan tetangga samping kanannya, tetangga samping kirinya, dan tetangga depan rumahnya. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon pasangan seputar aktivitas sosialisasinya dengan tetangga.

– Hari 4 : Taaruf dengan rekan kerjanya, atau atasannya langsung. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon pasangan seputar aktivitasnya di dunia kerja.

– Hari 5 : Taaruf dengan rekan organisasi atau komunitasnya. Gali sebanyak-banyaknya mengenai si calon pasangan seputar aktivitasnya di organisasi dan komunitasnya.

Insya Allah dengan metode taaruf seperti ini informasi yang didapatkan mengenai calon pasangan akan lebih valid karena didapat dari berbagai sumber informasi, tanpa harus menjalani pacaran selama berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.
  Hijrah Komunikasi

Hijrahkan komunikasi, jagalah komunikasi dan hindarilah komunikasi yang tidak perlu dengan calon pasangan. Komunikasi bisa disampaikan lewat mediator yang menjembatani proses taaruf, tidak disampaikan secara langsung ke calon pasangan. Dengan demikian hal-hal yang akan disampaikan ke calon pasangan akan tersaring dengan sendirinya, karena kedua pihak pastinya akan malu menyampaikan hal-hal yang tidak pantas disampaikan melalui mediator tersebut.

Berkomunikasilah secara langsung dengan calon pasangan bila memang sudah saatnya diperlukan, yaitu dalam rangka persiapan pernikahan.

Tidak perlu menyapa dengan sapaan “sudah makan belum”, “sudah shalat belum”, dan sapaan lain yang tidak perlu diucapkan, karena Insya Allah calon pasangan bukan anak kecil yang perlu terus diingatkan. Hindarilah telepon-teleponan berjam-jam, karena cukup beberapa SMS bisa disampaikan untuk koordinasi persiapan pernikahan.

Sebelum ijab kabul terucap syariat tetaplah membatasi, termasuk dalam hal pengungkapan rasa di hati. 

Jangan tergoda untuk berkomunikasi yang tidak perlu disampaikan, karena hati manusia sangat rawan dengan godaan setan.

Bila kelak anda berdua telah diikat dalam ikatan halal pernikahan, bolehlah anda berkomunikasi dengan sesering-seringnya perhatian, dan semesra-mesranya panggilan.



“Akhi dan ukhti, lapangkanlah hati dan mulailah berhijrah.”

Wassalam...


Related Articles

6 comments:

  1. subhanallah ukhti, salam dari mas rozi

    BalasHapus
  2. Terima kasih untuk infonya,,
    Sangat bermanfaat😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jazakillah khair, alhamdulillah masyaAllah, terimakasih 😊

      Hapus

Jazakillahu Khair 🤍

semoga menjadi ispirasi dan bermanfaat